Jumat, 19 November 2010

Bab I

BAB I

LATAR BELAKANG BAHASA INDONESIA

1. Definisi Bahasa

Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki berbagai definisi. Definisi bahasa  adalah sebagai berikut:

1. suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
2. suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain
3. suatu kesatuan sistem makna
4. suatu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.
5. suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh: Perkataan, kalimat, dan lain-lain.)
6. suatu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.

Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan[1] Ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai linguistik.


2. Unsur Dasar Bahasa

* Fonem
yaitu unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk membedakan arti dari satu kata. Contohnya kata ular dan ulas memiliki arti yang berbeda karena perbedaan pada fonem /er/ dan /es/. Setiap bahasa memiliki jumlah dan jenis fonem yang berbeda-beda. Misalnya bahasa Jepang tidak mengenal fonem /la/ sehingga perkataan yang menggunakan fonem /la/ diganti dengan fonem /ra/.

* Morfem
yaitu unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

* Sintaksis
yaitu penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu. Dalam bahasa Indonesia terdapat aturan SPO atau subjek-predikat-objek. Aturan ini berbeda pada bahasa yang berbeda, misalnya pada bahasa Belanda dan Jerman aturan pembuatan kalimat adalah kata kerja selalu menjadi kata kedua dalam setiap kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang memperbolehkan kata kerja diletakan bukan pada urutan kedua dalam suatu kalimat.

* Semantik
mempelajari arti dan makna dari suatu bahasa yang dibentuk dalam suatu kalimat.

* Diskurs
mengkaji bahasa pada tahap percakapan, paragraf, bab, cerita atau literatur.


BAHASA INDONESIA DENGAN BERBAGAI RAGAMNYA

Bahasa  dalam perwujudannya merupakan struktur, mencakup strukur bentuk dan  makna. Dengan menggunakan wujud bahasa itu, manusia saling berkomunikasi  satu sama lain, sehingga dapat saling berbagi pengalaman dan saling  belajar untuk meningkatkan intelektual (Depdiknas, 2003). Dengan bahasa,  segala ilmu pengetahuan yang diciptakan atau ditemukan manusia dapat  disebarluaskan kepada orang lain, ke daerah lain untuk kepentingan  kesejahteraan manusia secara umum. Kehidupan pun semakin hari semakin  baik berkat penemuan-penemuan baru oleh para ilmuwan. Namun setinggi  apapun sebuah penemuan, apabila tidak disebarluaskan kepada sesama  manusia maka ilmu pengetahuan tersebut tidak akan bermanfaat bagi  manusia lain. Selain itu, ilmu pengetahuan tersebut juga harus  disampaikan dengan mengunakan bahasa yang dipahami orang lain. Oleh  karena itu, apabila sebuah ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh seorang  ilmuwan, kemudian ditulis dengan menggunakan bahasa yang hanya dikuasai  oleh ilmuwan tersebut, maka orang lain akan mengalami kendala dalam  pemahaman ilmu pengetahuan tersebut. Salah satu cara yang bisa ditempuh  adalah dengan menerjemahkan buku tersebut ke dalam berbagai bahasa,  khususnya ke dalam bahasa yang dipahami oleh orang yang memerlukan ilmu  pengetahuan tersebut, sehingga pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dalam  buku tersebut menjadi maksimal.

Selain penyampaian  informasi atau ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa yang dipahami  oleh pemakai informasi atau pemakai ilmu pengetahuan, maka di dalam  penyampaiannya harus memperhatikan struktur bahasa. Karena bahasa  merupakan rangkaian kalimat dan kalimat merupakan rangkaian katakata  yang disusun berdasarkan struktur bahasa yang berlaku sehingga memiliki  makna. Apabila struktur bahasa yang digunakan tidak baik atau tidak  sesuai kaidah bahasa yang berlaku, maka makna kalimat juga menjadi tidak  jelas atau memunculkan makna ambigu. Dengan demikian akan terjadi  penafsiran yang berbeda. Apabila sebuah ilmu pengetahuan telah salah  ditafsirkan atau salah dalam pemahaman oleh pembaca, yang terjadi adalah  kesalahan penerapan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan  seharihari. Penemuan intelektual yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia  lain ternyata tidak bermanfaat karena kesalahan struktur bahasa.

Kesalahan  berbahasa tidak hanya ditemukan dalam penyampaian informasi baru  seperti di atas, tetapi sering ditemukan dalam kehidupan seharihari.  Kesalahan pemilihan kata, penyusunan sruktur kalimat dalam berbahasa  disebabkan banyak faktor. Kalau mencari kesalahan tanpa pemperhatikan  pembetulannya, maka kita akan sering menyalahkan orang tetapi tidak  pernah mengetahui hal yang benar, yang akhirnya kesalahan tetap  berjalan. Salah satu cara memperbaiki kesalahan-kesalahan berbahasa yang  terjadi dalam kehidupan seharihari adalah dengan memberi penekanan pada  kegiatan berbahasa di dunia pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan  memuat sejumlah mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.  Semua mata pelajaran tersebut disampaikan dengan menggunakan bahasa. Di  Indonesia, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mayoritas adalah  bahasa Indonesia, di samping bahasa lain karena situasi menghendaki  penggunaan bahasa pengantar selain bahasa Indonesia. Di dalam kehidupan  seharihari, pemakai bahasa juga menggunakan bahasa yang bervariasi  sesuai dengan kemampuan penutur dan lingkungan penutur berada. Di  Indonesia kita menemukan banyak bahasa daerah selain bahasa Indonesia  sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Ragam bahasa yang  bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat  dalam pemakaian bahasa. Variasi ini muncul karena pemakai bahasa  memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi  (Subarianto, 2000). Ini tidak hanya terjadi di dunia pendidikan saja  tetapi di seluruh aspek kehidupan manusia.

Kridalaksana  (1985) mengungkapkan bahwa bahasa mengalami perubahan sesuai dengan  perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasivariasi bahasa yang  dipakai menurut keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi  fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul  mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan  tertentu. Variasi itu disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa  Indonesia memang banyak ragamnya. Hal ini karena bahasa Indonesia amat  luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, mau tidak mau,  takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak  terelakkan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana  (1997). Karena kita dapat merencanakan perubahan bahasa secara secara  berkesinambungan seiring perubahan waktu, maka keefektifan berbahasa  tentu dapat terkontrol. Artinya kebenaran dan ketidakbenaran dalam  berbahasa dapat dianalisis. Kita juga dapat senantiasa mengontrol diri  dalam berbahasa sehingga bahasa yang kita gunakan sesuai dengan kaidah  bahasa yang berlaku saat ini. Perkembangan atau penambahan  perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia harus sesuai dengan kaidah  penyerapan bahasa. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan dalam kurun  waktu singkat, perbendaharaan bahasa Indonesia meningkat lebih banyak  seiring perkembangan zaman. Kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia  tidak hanya bahasa asing, tetapi juga bahasa daerah. Katakata tersebut  penggunaannya juga dibedakan dengan penggunaan kata asing dalam bahasa  Indonesia. Misalnya, semua kata asing yang digunakan dalam bahasa  Indonesia harus dicetak miring atau digaris bawah sedangkan kata asing  yang sudah menjadi milik bahasa Indonesia penulisannya tidak dicetak  miring atau digarisbawahi.

Ragam bahasa menurut jenis  pemakainya dapat dibedakan menjadi tiga: (1) ragam dari sudut pandang  bidang atau pokok persoalan; (2) ragam menurut sasaran; dan (3) ragam  yang mengalami gangguan pencampuran. Setiap penutur bahasa bergerak dan  bergaul dengan berbagai lingkungan masyarakat dengan tata cara pergaulan  yang berbeda. Oleh karena itu penutur harus mampu memilih ragam bahasa  yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.


sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar