Jumat, 19 November 2010

Bab III


BAB III

MAKNA DENOTATIF & MAKNA KONOTATIF

1. MAKNA DENOTATIF

Makna denotatif adalah makna dalam alam  wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan  apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata  secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut maka konseptual,  makna denotasional atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang  lain. Pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotasi  ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil  menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman  lainnya.

Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat  pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di  dalam ujaran (Lyons, I, 1977:208). Dalam beberapa buku pelajaran, makna  denotasi sering juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat.

Dari  beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa makna denotasi  adalah makna sebenarnya yang apa adanya sesuai dengan indera manusia.  Kata yang mengandung makna denotatif mudah dipahami karena tidak  mengandung makna yang rancu walaupun masih bersifat umum. Makna yang  bersifat umum ini maksudnya adalah makna yang telah diketahui secara  jelas oleh semua orang. Berikut ini beberapa contoh kata yang mengandung  makna denotatif:

1. Dia adalah wanita cantik

Kata cantik  ini diucapkan oleh seorang pria terhadap wanita yang berkulit putih,  berhidung mancung, mempunyai mata yang indah dan berambut hitam legam.

2.  Tami sedang tidur di dalam kamarnya.

Kata tidur ini mengandung  makna denotatif bahwa Tami sedang beristirahat dengan memejamkan matanya  (tidur).

Masih banyak contoh kata-kata lain yang mengandung  makna denotatif selama kata itu tidak disertai dengan kata lain yang  dapat membentuk makna yang berbeda seperti contoh kata wanita yang makna  denotasinya adalah seorang perempuan dan bukan laki-laki. Namun bila  kata wanita disertai dengan kata malam (wanita malam) maka akan  menghasilkan makna lain yaitu wanita yang dikonotasikan sebagai wanita  nakal.

   2. MAKNA KONOTATIF

Zgusta  (1971:38) berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada  kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai.  Menurut Harimurti (1982:91) “aspek makna sebuah atau sekelompok kata  yang didasrkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan  pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)”.


Sebuah  kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai  rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka  dikatakan tidak memiliki konotasi, tetapi dapat juga disebut  berkonotasi netral. Positif dan negatifnya nilai rasa sebuah kata  seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata itu  sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang  positif maka akan bernilai rasa yang positif; dan jika digunakan sebagai  lambang sesuatu yang negatif maka akan bernilai rasa negatif. Misalnya,  burung garuda karena dijadikan lambang negara republik Indonesia maka  menjadi bernilai rasa positif sedangkan makna konotasi yang bernilai  rasa negatif seperti buaya yang dijadikan lambang kejahatan. Padahal  binatang buaya itu sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia  Indonesia menjadikan mereka lambang yang tidak baik.

Makna  konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang  satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup  dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Misalnya kata  babi, di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas beragama islam,  memiliki konotasi negatif karena binatang tersebut menurut hukum islam  adalah haram dan najis. Sedangkan di daerah-daerah yang penduduknya  mayoritas bukan islam seperti di pulau Bali atau pedalama Irian Jaya,  kata babi tidak berkonotasi negatif.

Makna konotatif dapat juga  berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini  berkonotasi negatif karena berarti “cerewet” tetapi sekarang konotasinya  positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang  berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif.


MAKNA UMUM & MAKNA KHUSUS

o) Arti Definisi / Pengertian Makna Umum

Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas  dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan buah-buahan segar
- Tukang palak itu sering memalak kendaraan umum yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya harta

o) Arti Definisi / Pengertian Makna Khusus

Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang  sempit dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan jamblang segar
- Tukang palak itu sering memalak bis kopaja yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya rumah


KATA ABSTRAK & KATA KONKRET

Kata abstrak adalah kata yang merujuk kepada konsep/pengertian  abstrak, sementara kata konkret merujuk kepada objek yang dapat dicerap  oleh pancaindra.
Kata Abstrak            Kata Konkret
kemakmuran             sandang, pangan, papan
pembangunan            mendirikan rumah, membangun jalan
demokrasi                 musyawarah, pemungutan suara
Kata-kata mana yang sebaiknya digunakan di dalam sebuah karangan?  Jawabannya tergantung kepada jenis dan tujuan penulisan. Karangan yang  menekankan deskripsi faktual tentulah lebih memprioritaskan kata-kata  konkret. Kata-kata konkret menjadi efektif di dalam karangan deskripsi  karena dapat merangsang pancaindra. Akan tetapi, jika yang dikemukakan  adalah generalisasi-generalisasi, tentu akan lebih banyak digunakan  kata-kata abstrak. Walaupun tidak mutlak, pemakaian kata-kata konkret  dapat menjadikan sebuah karangan lebih jelas dan mudah dipahami.  Sebaliknya, kata-kata abstrak umumnya lebih sulit dipahami daripada  kata-kata konkret.

Bab II

BAB II

UNSUR KEBAHASAAN DALAM BAHASA INDONESIA

Ada banyak unsur kebahasaan dalam bahasa Indonesia yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran di SMP/MTs. Apabila guru mampu menyelipkan atau menambahkan unsur kebahasaan tersebut ke dalam kompetensi dasar yang sesuai, maka keterampilan berbahasa siswa akan semakin tinggi.

Dalam menambahkan unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah dan kemampuan siswa karena pada prinsipnya penambahan ini bertujuan untuk mengefektifkan proses pembelajaran dan untuk mempermudah siswa dalam penguasaan kompetensi dasar. Oleh karena itu urutan di atas hanyalah sebagai alternatif sehingga apabila sesuai dapat digunakan tetapi jika tidak sesuai tentu ada perbedaan situasi antara satu daerah dengan daerah lain dilihat dari berbagai segi.

Dari pengelompokkan tersebut, penulis akan memberikan satu contoh gambaran mengapa unsur kebahasaan harus dimasukkan ke dalam sebuah kompetensi dasar yang dianggap relevan. Pada kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, guru dapat menggunakan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung sebagai unsur penunjang kebahasaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menulis naskah drama dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, salah satunya adalah penggunaan kalimat langsung dialog para tokoh di dalam naskah drama. Hal ini dapat dilakukan siswa dengan baik apabila siswa telah memahami perbedaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, siswa telah memahami cara penempatan tanda baca yang tepat. Tetapi apabila siswa telah mampu dengan baik membedakan kalimat langsung dan tidak langsung, maka unsur penunjang yang dapat dimasukkan ke dalam kompetensi dasar ini adalah penggunaan kata baku dan kata tidak baku dalam naskah drama, karena bahasa pengantar dalam naskah drama harus menggunakan bahasa baku, sedangkan di dalam dialog, seorang tokoh dapat menggunakan katakata yang tidak baku. Jadi unsur kebahasaan yang bisa dimasukkan tentunya disesuaikan dengan kemampuan dasar atau intake siswa.

Kesalahan unsur kebahasaan yang sering dilakukan siswa adalah kesalahan penggunaan unsur kebahasaan dalam kegiatan praktik berbahasa. Oleh karena itu, guru dapat memberikan materi secara berulang-ulang dan dimasukkan ke dalam beberapa kompetensi dasar. Misalnya penggunaan tanda baca dan penulisan kata yang dirangkai atau dipisah sehubungan dengan perbedaan penggunaan awalan dan kata depan. Kesalahan penulisan ini sering dilakukan siswa. Tidak hanya siswa SMP/MTs saja, bahkan siswa SMA atau mahasiswa pun sering melakukan kesalahan serupa. Oleh karena itu setiap kegiatan berbahasa khususnya menulis selalu ditekankan kegiatan menyunting tulisan sendiri atau tulisan teman. Hal ini dimaksudkan supaya siswa mampu menulis atau berbahasa dengan baik sesuai kaidah yang berlaku. Tetapi apabila ketentuan yang berhubungan dengan tanda baca dan cara penulisan tidak dikuasai siswa atau sering dilupakan, maka yang terjadi adalah kesalahan yang berulang-ulang yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diperbaiki.

Sebuah kompetensi dasar tentu selalu berkaitan dengan kompetensi dasar yang lain. Menurut pemikiran banyak orang, apabila seorang siswa sudah menguasai sebuah kompetensi dasar, maka siswa tersebut siap untuk melanjutkan ke kompetensi dasar berikutnya secara berkesinambungan. Tetapi yang sering terjadi adalah siswa sering lupa dengan kompetensi yang telah dikuasainya sehingga apabila digabungkan dengan kompetensi yang lain mereka mengalami kesulitan. Satu hal yang saat ini masih melekat di hati sebagian besar siswa adalah apabila siswa telah menyelesaikan sebuah kegiatan proses pembelajaran atau satu kompetensi dasar, maka mereka merasa terbebas dari beban yang menekannya sehingga mereka mudah melupakannya. Keadaan seperti inilah yang membuat bahasa haruslah digunakan secara berkelanjutan dan dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan. Dan sebagai guru tentunya akan selalu mengingatkan siswa untuk selalu mengingat kompetensi yang telah dikuasai dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Apabila hal ini berjalan dengan baik di seluruh wilayah Indonesia, maka semua siswa khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya akan dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi ia berada.

Perhatian lebih kepada praktik berbahasa yang selalu memperhatikan aspek kebahasaan di sekolah merupakan salah satu upaya pembenahan kesalahan-kesalahan berbahasa di masyarakat. Kegiatan ini bukan berarti menyepelekan bahasa daerah atau bahasa asing bahkan bahasa pergaulan. Berbagai bahasa hendaknya dipupuk dan dipelihara serta digunakan dalam kehidupan seharihari. Namun yang perlu ditekankan adalah kapan kita menggunakan sebuah bahasa sesuai dengan situasi dan kondisi. Pembelajaran kesadaran pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi inilah yang sampai saat ini sulit direalisasikan dalam kehidupan seharihari. Secara umum siswa dan mahasiswa bahkan masyarakat mengetahui dan memahami secara baik perbedaan bahasa baku dan bahasa tidak baku. Namun kebiasaan dan kesadaran berbahasa yang baik belum meluas. Secara umum masyarakat dianggap mampu berbahasa dengan baik apabila kedua belah pihak saling mengerti isi informasi tanpa memperhatikan efek dari praktik berbahasa tersebut.


JENIS RAGAM BAHASA INDONESIA

Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan.

Macam-macam ragam bahasa :

1. Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
2. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
3. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
4. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
5. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
6. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
8. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
9. Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain sebagainya.
10. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya.
11. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

Macam-macam ragam bahasa yang disebutkan diatas dapat dibedakan lagi menjadi sebagai berikut :

1. Berdasarkan pokok pembicaraan

* Ragam bahasa undang-undang
* Ragam bahasa jurnalistik
* Ragam bahasa ilmiah
* Ragam bahasa sastra

2. Berdasarkan media pembicaraan

a. Ragam lisan yang antara lain meliputi:

* Ragam bahasa cakapan
* Ragam bahasa pidato
* Ragam bahasa kuliah
* Ragam bahasa panggung

Ciri-ciri ragam bahasa lisan :

o Adanya lawan bicara
o Terikat waktu dan ruang
o Dapat dibantu dengan mimik muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota tubuh
o Unsur-unsur dramatika biasanya dinyatakan dihilangkan atau tidak lengkap

b. Ragam tulis yang antara lain meliputi :

* Ragam bahasa teknis
* Ragam bahasa undang-undang
* Ragam bahasa catatan
* Ragam bahasa surat

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

o Tidak mengharuskan kedatangan/kehadiran pembaca
o Diperlukan ejaan atau tanda baca Kalimat ditulis secara lengkap
o Komunikasi resmi
o Wacana teknis
o Pembicaraan di depan khalayak ramai
o Pembicaraan dengan orang yang dihormati

3. Ragam bahasa menurut hubungan antar pembicara, dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara

o Ragam bahasa resmi
o Ragam bahasa akrab
o Ragam bahasa agak resmi
o Ragam bahasa santai
o dan sebagainya

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :

* Faktor Budaya atau letak Geografis
* Faktor Ilmu pengetahuan
* Faktor Sejarah

- Ragam sosial yaitu: ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya  didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih  kecil dalam masyarakat.

- Ragam fungsional yaitu: ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,  lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.

Bab I

BAB I

LATAR BELAKANG BAHASA INDONESIA

1. Definisi Bahasa

Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki berbagai definisi. Definisi bahasa  adalah sebagai berikut:

1. suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
2. suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain
3. suatu kesatuan sistem makna
4. suatu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.
5. suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh: Perkataan, kalimat, dan lain-lain.)
6. suatu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.

Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan[1] Ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai linguistik.


2. Unsur Dasar Bahasa

* Fonem
yaitu unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk membedakan arti dari satu kata. Contohnya kata ular dan ulas memiliki arti yang berbeda karena perbedaan pada fonem /er/ dan /es/. Setiap bahasa memiliki jumlah dan jenis fonem yang berbeda-beda. Misalnya bahasa Jepang tidak mengenal fonem /la/ sehingga perkataan yang menggunakan fonem /la/ diganti dengan fonem /ra/.

* Morfem
yaitu unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

* Sintaksis
yaitu penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu. Dalam bahasa Indonesia terdapat aturan SPO atau subjek-predikat-objek. Aturan ini berbeda pada bahasa yang berbeda, misalnya pada bahasa Belanda dan Jerman aturan pembuatan kalimat adalah kata kerja selalu menjadi kata kedua dalam setiap kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang memperbolehkan kata kerja diletakan bukan pada urutan kedua dalam suatu kalimat.

* Semantik
mempelajari arti dan makna dari suatu bahasa yang dibentuk dalam suatu kalimat.

* Diskurs
mengkaji bahasa pada tahap percakapan, paragraf, bab, cerita atau literatur.


BAHASA INDONESIA DENGAN BERBAGAI RAGAMNYA

Bahasa  dalam perwujudannya merupakan struktur, mencakup strukur bentuk dan  makna. Dengan menggunakan wujud bahasa itu, manusia saling berkomunikasi  satu sama lain, sehingga dapat saling berbagi pengalaman dan saling  belajar untuk meningkatkan intelektual (Depdiknas, 2003). Dengan bahasa,  segala ilmu pengetahuan yang diciptakan atau ditemukan manusia dapat  disebarluaskan kepada orang lain, ke daerah lain untuk kepentingan  kesejahteraan manusia secara umum. Kehidupan pun semakin hari semakin  baik berkat penemuan-penemuan baru oleh para ilmuwan. Namun setinggi  apapun sebuah penemuan, apabila tidak disebarluaskan kepada sesama  manusia maka ilmu pengetahuan tersebut tidak akan bermanfaat bagi  manusia lain. Selain itu, ilmu pengetahuan tersebut juga harus  disampaikan dengan mengunakan bahasa yang dipahami orang lain. Oleh  karena itu, apabila sebuah ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh seorang  ilmuwan, kemudian ditulis dengan menggunakan bahasa yang hanya dikuasai  oleh ilmuwan tersebut, maka orang lain akan mengalami kendala dalam  pemahaman ilmu pengetahuan tersebut. Salah satu cara yang bisa ditempuh  adalah dengan menerjemahkan buku tersebut ke dalam berbagai bahasa,  khususnya ke dalam bahasa yang dipahami oleh orang yang memerlukan ilmu  pengetahuan tersebut, sehingga pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dalam  buku tersebut menjadi maksimal.

Selain penyampaian  informasi atau ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa yang dipahami  oleh pemakai informasi atau pemakai ilmu pengetahuan, maka di dalam  penyampaiannya harus memperhatikan struktur bahasa. Karena bahasa  merupakan rangkaian kalimat dan kalimat merupakan rangkaian katakata  yang disusun berdasarkan struktur bahasa yang berlaku sehingga memiliki  makna. Apabila struktur bahasa yang digunakan tidak baik atau tidak  sesuai kaidah bahasa yang berlaku, maka makna kalimat juga menjadi tidak  jelas atau memunculkan makna ambigu. Dengan demikian akan terjadi  penafsiran yang berbeda. Apabila sebuah ilmu pengetahuan telah salah  ditafsirkan atau salah dalam pemahaman oleh pembaca, yang terjadi adalah  kesalahan penerapan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan  seharihari. Penemuan intelektual yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia  lain ternyata tidak bermanfaat karena kesalahan struktur bahasa.

Kesalahan  berbahasa tidak hanya ditemukan dalam penyampaian informasi baru  seperti di atas, tetapi sering ditemukan dalam kehidupan seharihari.  Kesalahan pemilihan kata, penyusunan sruktur kalimat dalam berbahasa  disebabkan banyak faktor. Kalau mencari kesalahan tanpa pemperhatikan  pembetulannya, maka kita akan sering menyalahkan orang tetapi tidak  pernah mengetahui hal yang benar, yang akhirnya kesalahan tetap  berjalan. Salah satu cara memperbaiki kesalahan-kesalahan berbahasa yang  terjadi dalam kehidupan seharihari adalah dengan memberi penekanan pada  kegiatan berbahasa di dunia pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan  memuat sejumlah mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.  Semua mata pelajaran tersebut disampaikan dengan menggunakan bahasa. Di  Indonesia, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mayoritas adalah  bahasa Indonesia, di samping bahasa lain karena situasi menghendaki  penggunaan bahasa pengantar selain bahasa Indonesia. Di dalam kehidupan  seharihari, pemakai bahasa juga menggunakan bahasa yang bervariasi  sesuai dengan kemampuan penutur dan lingkungan penutur berada. Di  Indonesia kita menemukan banyak bahasa daerah selain bahasa Indonesia  sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Ragam bahasa yang  bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat  dalam pemakaian bahasa. Variasi ini muncul karena pemakai bahasa  memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi  (Subarianto, 2000). Ini tidak hanya terjadi di dunia pendidikan saja  tetapi di seluruh aspek kehidupan manusia.

Kridalaksana  (1985) mengungkapkan bahwa bahasa mengalami perubahan sesuai dengan  perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasivariasi bahasa yang  dipakai menurut keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi  fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul  mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan  tertentu. Variasi itu disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa  Indonesia memang banyak ragamnya. Hal ini karena bahasa Indonesia amat  luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, mau tidak mau,  takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak  terelakkan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana  (1997). Karena kita dapat merencanakan perubahan bahasa secara secara  berkesinambungan seiring perubahan waktu, maka keefektifan berbahasa  tentu dapat terkontrol. Artinya kebenaran dan ketidakbenaran dalam  berbahasa dapat dianalisis. Kita juga dapat senantiasa mengontrol diri  dalam berbahasa sehingga bahasa yang kita gunakan sesuai dengan kaidah  bahasa yang berlaku saat ini. Perkembangan atau penambahan  perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia harus sesuai dengan kaidah  penyerapan bahasa. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan dalam kurun  waktu singkat, perbendaharaan bahasa Indonesia meningkat lebih banyak  seiring perkembangan zaman. Kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia  tidak hanya bahasa asing, tetapi juga bahasa daerah. Katakata tersebut  penggunaannya juga dibedakan dengan penggunaan kata asing dalam bahasa  Indonesia. Misalnya, semua kata asing yang digunakan dalam bahasa  Indonesia harus dicetak miring atau digaris bawah sedangkan kata asing  yang sudah menjadi milik bahasa Indonesia penulisannya tidak dicetak  miring atau digarisbawahi.

Ragam bahasa menurut jenis  pemakainya dapat dibedakan menjadi tiga: (1) ragam dari sudut pandang  bidang atau pokok persoalan; (2) ragam menurut sasaran; dan (3) ragam  yang mengalami gangguan pencampuran. Setiap penutur bahasa bergerak dan  bergaul dengan berbagai lingkungan masyarakat dengan tata cara pergaulan  yang berbeda. Oleh karena itu penutur harus mampu memilih ragam bahasa  yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.


sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa